“Dengan vaksinasi dini, pada dasarnya kita memberikan tikus ini
perlindungan seumur hidup terhadap penyakit kanker prostat,” kata
peneliti utama, W. Martin Kast, Ph.D., seorang profesor dari Molecular
Microbiology & Immunology and Obstetrics & Gynecology di Norris
Comprehensive Cancer Center. “Hal ini belum pernah dilakukan sebelumnya
dan, dengan penelitian selanjutnya, dapat memberikan pandangan baru
dalam pengobatan kanker prostat pada pria. ”Sekarang ini, pria dengan
peningkatan kadar PSA tapi tidak ada gejala kanker lainnya disarankan
untuk “watchful waiting”, tidak ada pengobatan sampai gejala
kanker muncul. “Tapi bagaimana bila daripada hanya menunggu saja, kita
melakukan vaksinasi? Hal ini dapat merubah progresivitas dari
penyakit,” lanjut Kast.
Penelitian ini juga memberikan pandangan baru tentang penggunaan vaksin untuk penyembuhan kanker prostat. “Vaksin yang sekarang sedang dikembangkan, dicoba untuk mengobati pria dengan kanker prostat yang berat dan tidak responsif dengan terapi saat ini, namun hasilnya hanya sedikit memberikan keuntungan secara medis,” kata Kast. Hal ini memberikan pandangan bahwa vaksin ini hanya digunakan untuk stadium prakanker dengan tujuan mencegah kanker untuk berkembang lebih lanjut.
Penelitian ini juga memberikan pandangan baru tentang penggunaan vaksin untuk penyembuhan kanker prostat. “Vaksin yang sekarang sedang dikembangkan, dicoba untuk mengobati pria dengan kanker prostat yang berat dan tidak responsif dengan terapi saat ini, namun hasilnya hanya sedikit memberikan keuntungan secara medis,” kata Kast. Hal ini memberikan pandangan bahwa vaksin ini hanya digunakan untuk stadium prakanker dengan tujuan mencegah kanker untuk berkembang lebih lanjut.
Vaksin ini didesain untuk memberikan respon imun terhadap prostate stem cell antigen (PSCA). PSCA,
sebuah protein membran, diekspresikan terlalu berlebih pada sepertiga
dari penderita kanker prostat stadium awal. PSCA juga diekspresikan
dengan kadar rendah pada kelenjar prostat normal, dan juga di kandung
kemih, usus besar, ginjal dan lambung.
Para peneliti menemukan skema vaksinasi menggunakan
dua jenis vaksin dan mencobanya pada tikus usia 8 minggu yang secara
genetik akan mendapatkan kanker prostat nanti dalam hidupnya. Vaksin
yang pertama akan memberikan fragmen DNA yang akan dikodekan oleh PSCA,
yang selanjutnya akan menimbulkan influx protein PSCA untuk
membangunkan sistem imun. Vaksin yang kedua sebagai boosternya diberikan
2 minggu kemudian, memberikan gen PSCA.
Pada penelitian tersebut, dua dari 20 tikus didapati mengalami kanker prostat di akhir tahun pertama. Para peneliti mendapatkan bahwa tikus pada grup eksperimen tersebut terbentuk tumor yang sangat kecil yang tidak berkembang. “Didapatkan nodul kanker prostat yang kecil yang dikelilingi oleh pasukan sel sistem imun,” kata Kast. “Vaksinasi ini mengubah kanker menjadi penyakit kronis yang dapat diatur.”