Ruam Kulit atau Bintik-bintik Merah di Kulit Berisiko Stroke

ORANG dewasa yang menderita ruam di kulit (bintik-bintik merah di kulit) berisiko lebih besar mengalami stroke, khususnya jika mereka menderita ruam yang menyerang area di sekitar mata. Studi yang dipublikasikan di jurnalStroke memaparkan,  dibandingkan dengan orang dewasa tanpa ruam, mereka yang menderita ruam di kulit berisiko 30% lebih besar mengalami stroke dalam setahun setelah serangan. Pasien-pasien yang menderita ruam kulit di sekitar mata bahkan berisiko 4 kali lebih besar mengalami stroke di tahun berikutnya.
Apa itu ruam kulit?
Ruam kulit yang dikenal juga dengan herpes zoster ini disebabkan oleh varicella-zoster virus (VZV), virus yang juga menyebabkan cacar air. Menurut Kang, setipa orang yang pernah terserang cacar air di masa anak-anak memiliki kemungkinan menderita ruam kulit dalam fase hidupnya. Pada sebagian besar orang, virus ini akan tetap diam di dalam saraf. Tetapi pada beberapa orang, khususnya lansia dan mereka yang memiliki sistem imun lemah, virus ini bisa kembali aktif dan menimbulkan ruam.

Tahap awal pengaktifaan kembali virus ini biasanya ditandai dengan berbagai gangguan seperti mati rasa, gatal, rasa sakit kronis, bahkan demam, sakit kepala, dan menggigil. Gejala-gejala ini selanjutnya akan diikuti oleh munculnya bintik-bintik merah sebagai pertanda terjadinya ruam. Bintik-bitik merah di kulit biasanya akan muncul dalam waktu 3-5 hari setelah gejala-gejala muncul. Ruam ini bisa menyebabkan rasa sakit permanen yang bertahan hingga berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun setelah bintik-bintik merah menghilang.

Apa hubungannya?
Menurut peneliti, stres akibat ruam dan rasa sakit terus-menerus akibat penyakit ini serta peradangan yang ditimbulkan merupakan penyebab meningkatnya risiko stroke. "Jika Anda sudah berisiko mengalami stroke, ada baiknya lebih berhati-hati lagi kalau menderita ruam kulit, karena risiko Anda bisa bertambah besar," tutur peneliti Jiunn-Horng Kang, MD, MSc,yang dimuat oleh situs webmd.

Detail studi
Dalam studi ini, para peneliti melibatkan 8000 orang  dewasa yang menjalani pengobatan ruam antara 1997 dan 2001 dan sekitar 23.000 partisipan lain dengan usia dan jenis kelamin yang cocok tetapi tidak mempunyai sejarah menderita ruam atau stroke sebelum 2001 (sebagai kelompok pembanding).

Selama massa follow-up peneliti menemukan 133 pasien ruam (1.7%) dan 306 orang dalam kelompok pembanding (1.3%) mengalami stroke. Pasien ruam juga berisiko 31% lebih besar menderita semua jenis stroke dan berisiko 3 kali lipat lebih besar mengalami stroke hemorrhagic (disebabkan oleh perdarahan di otak). Jensi stroke ini umumnya lebih seidikit dibandingkan ischemic stroke (akibat penyumbatan pembuluh darah). Hanya sekitar 10-15% stroke yang melibatkan perdarahan otak. Sedang pasien dengan ruam di sekitar kulit mata berisiko 4.28 kali lebih besar mengalami stroke dibandingkan mereka yang tidak menderita ruam.













.