Alat RhinoChill |
Namun, memang tindakan ini bukan diperuntukkan
bagi orang sehat, tetapi pada orang yang mengalami henti jantung. Pada
orang yang henti jantung, maka jantung akan berhenti berdetak sehingga
peredaran darah ke otak maupun seluruh tubuh akan berhenti. Jika organ
tersebut tidak menerima pasokan darah maka secara perlahan akan
mengalami kerusakan sel dan lama-lama terjadi gangguan fungsi dari organ
tersebut.
Dengan kemajuan ilmu kedokteran, beberapa peneliti
berhasil menemukan metode baru untuk mengurangi angka kejadian kerusakan
otak. Sebuah metode yang sedikit mencengangkan namun dapat memberikan
perbedaan yang besar. Metode tersebut dilakukan dengan cara menurunkan
suhu tubuh pada pasien yang baru saja mengalami henti jantung.
Metode tersebut diujicobakan dalam penelitian
Pre-Resuscitation Intra-Nasal Cooling Effectiveness (PRINCE), sebuah
penelitian uji coba secara acak pertama yang memperlihatkan bahwa
pendinginan dengan menggunakan alat RhinoChill dapat dikerjakan dan aman
selama keadaan henti jantung, menurut dr. Maaret Castrén, MD, dari the
Karolinska Institute di Stockholm.
Cara kerjanya adalah dengan membuat suhu tubuh
menjadi lebih rendah daripada suhu tubuh normal (hipotermia) dan
dilakukan dengan menggunakan semacam selang yang melewati hidung. Selang
tersebut serupa dengan selang oksigen, namun mengandung campuran
pendingan yang mudah menguap dan oksigen yang langsung di bawah pembuluh
besar otak. Proses penguapan dari gas tersebut akan mendinginkan rongga
hidung secara cepat hingga kurang lebih 2°C, dari dari lokasi tersebut
dingin ditransmisikan ke otak. Meskipun pada akhirnya seluruh tubuh akan
menjadi dingin, tetapi otak lah yang menjadi target, menurut dr. Denise
Barbut, seorang dokter ahli syaraf yang juga seorang presiden dan staf
senior dari BeneChill Inc., perusahaan pembuat alat RhinoChill.
Efek samping yang berhubungan dengan tindakan
tersebut memang tidak terlalu berat, dengan yang terbanyak berupa
perubahan warna pada hidung. Namun efek samping tersebut akan kembali
normal pada pasien yang bertahan hidup.