Penggunaan antipyretics (acetaminophen atau ibuprofen) untuk mengatasi demam, menurut Chen, masih bisa dilakukan sekalipun tidak dianjurkan untuk mencegah demam. Demam tinggi bisa sangat serius, khususnya pada bayi. Karena itu, sangat penting untuk berkonsultasi dengan dokter dalam mencari penanganan yang tepat.
Detail studi
Dalam studi ini, pemimpin studi Dr. Roman Prymula dan timnya melakukan 2 studi. Studi pertama dilakukan saat anak-anak menerima vaksinasi pertama dan studi kedua saat mereka menerima suntikan serum tambahan. Anak mendapatkan vaksinasi untuk perlindungan dari penyakit pneumonia, influenza tipe b (Haemophilus influenzae type b), dipteri (penyakit tenggorokan), tetanus, batuk, hepatitis b, polio dan rotavirus.
Para partisipan (459 anak) secara acak diberikan acetaminophen setiap 6-8 jam sekali selama 24 jam setelah vaksinasi atau tidak menerima acetaminophen sama sekali. Tim Prymula menemukan, lebih sedikit anak yang menerima acetaminophen mengalami demam. Tetapi, bayi-bayi ini memiliki jumlah antibodi yang berfungsi melawan pneumonia, influenza ipe b, dipteri, tetanus toxoid dan batuk yang jauh lebih sedikit dibandingkan bayi yang tidak menerima acetaminopen.
Hal ini, menurut peneliti, disebabkan oleh kerja antiperadangan di dalam obat yang mengganggu respon antibodi sistem kekebalan tubuh, sehingga memperlemah imunisasi."Jika tidak ada alasan khusus, misalnya karena anak memiliki sejarah febrile convulsion, maka acetaminopehn dan obat penurun demam lainnya sebaiknya tidak diberikan bersamaan dengan imunisasi," terang Chen.