Wanita Bergadang Berpotensi Terkena Penyakit Stroke

Pola tidur pada wanita berusia separuh baya dapat meningkatkan risiko stroke, berdasarkan penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat. Peningkatan risiko stroke terbesar (sekitar 70%) berkaitan dengan wanita yang tidur selama 9 jam atau lebih di malam hari, berdasarkan laporan dari Jurnal Kesehatan Stroke.
   Kaitan antara pola tidur dan kematian telah lama dipelajari di berbagai penelitian, namun bukti keterkaitan antara pola tidur dan penyakit kardiovaskular sangat sedikit, kata Dr. Jiu-Chiuan Chen dari North Carolina di Chapel Hill.

Penelitian terbaru yang dilakukan melibatkan 93.175 wanita berusia 50-79 tahun. Secara garis besar 8.3% waita ini melaporkan mereka umumnya tidur tidak lebih dari 5 jam di malam hari, sementara 4.6% melaporkan bahwa mereka tidur minimal 9 jam di malam hari.

Setelah mengikuti grup tersebut selama 7.5 tahun, para peneliti menemukan sebanyak 1166 wanita mengalami stroke iskemik, salah satu tipe stroke yang sering terjadi yang muncul apabila pembuluh darah di otak tersumbat. Sumbatan ini akan mengurangi suplai oksigen dari otak dan menyebabkan kematian dari sel-sel otak.

Analisis yang dapat diambil oleh Dr. Chen dan timnya adalah bahwa wanita yang tidur di malam hari dengan durasi 6 jam atau kurang, 8 jam, dan 9 jam atau lebih dapat meningkatkan risiko stroke sebanyak 14%, 24%, dan 70% secara berturut-turut.

Efek samping dari tidur 6 jam atau kurang sudah diberitahukan kepada para wanita yang memiliki risiko penyakit kardiovaskular pada permulaan penelitian. Pada grup ini dengan jumlah jam tidur seperti diatas meningkatkan risiko stroke mereka sebanyak 22%.

Analisis lain yang diambil juga menyatakan bahwa efek samping dari lamanya periode tidur tidak berkaitan dengan frekuensi mendengkur atau keadaan mengantuk. Oleh sebab itu, pola tidur yang terlalu lama atau terlalu singkat dari normal dapat merupakan faktor risiko independen untuk stroke.

Chen menambahkan, “Data yang kami dapatkan tidak berarti menjadikan wanita yang memiliki jam tidur malam lebih panjang untuk memotong waktu tidur mereka agar mereka memiliki risiko penyakit yang lebih rendah. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk membantu mengerti mekanisme yang berkaitan dengan penelitian yang kami lakukan.”













.