Kalau dijabarkan satu persatu, banyak faktor yang
menyebabkan sulitnya meningkatkan status kesehatan gigi dan mulut anak
di Indonesia. Tapi mungkin perlu dicermati satu hal yang teramat
penting, yaitu peranan ibu. Ibu memegang peranan penting dalam
keluarga, sebagai seorang istri dan ibu dari anak-anaknya. Figur
pertama yang dikenal anak begitu ia lahir adalah ibunya. Maka dari itu,
perilaku dan kebiasaan ibu dapat dicontoh oleh sang anak. Pengetahuan
ibu tentang kesehatan gigi akan sangat menentukan status kesehatan gigi
anaknya kelak. Namun ‘tahu’ saja tidak cukup, perlu diikuti dengan
‘peduli’ dan ‘bertindak’.
Kesehatan gigi dan anak perlu diperhatikan sedini
mungkin. Pembentukan gigi pada anak sudah dimulai sejak ia masih dalam
kandungan. Faktor gizi ibu hamil sangat menentukan pertumbuhan dan
perkembangan janin, tak terkecuali bagian gigi dan mulutnya. Kalsium,
fluor dan fosfor adalah elemen penting dalam pembentukan gigi janin.
Begitu juga vitamin C dan D.
Holt RD, dkk melakukan penelitian tentang efek
pendidikan kesehatan gigi yang diberikan ibu kepada anaknya yang
berusia 5 tahun di London. Hasil penelitian tersebut mengungkapkan
bahwa 69% dari anak-anak yang ibunya memberikan oral health education
di rumah memperlihatkan bebas karies, dan angka gingivitis (radang
gusi) yang lebih rendah daripada anak-anak yang tidak dididik tentang
kesehatan gigi dan mulut oleh ibunya.
Karies gigi dapat terjadi sangat dini, begitu gigi
sudah tumbuh dan terekspos ke lingkungan mulut maka ia berpotensi
untuk mengalami karies. Ibu dapat membantu membersihkan gigi anaknya
yang masih batita dengan menggunakan kasa atau kapas bersih yang
disapukan ke permukaan gigi. Untuk mengetahui apakah masih terdapat
plak di permukaan gigi, dapat dioleskan disclosing solution
yang akan memberi warna merah pada bagian permukaan yang ditutupi plak.
Jadi bisa ketahuan apakah gigi memang sudah benar-benar bersih atau
belum.
Gbr.1 Gigi yang diberi disclosing solution untuk mengecek plak.
Kadang anak yang masih berusia di bawah 5 tahun
sangat sulit untuk disuruh menyikat gigi. Nah, di sinilah letak peran
ibu. Sekedar perintah mungkin tidak mempan untuk membuat anak mau
menyikat gigi. Tapi kalau ibu mengajak si anak bersama-sama menyikat
gigi, saat mandi misalnya, maka anak dapat memperhatikan dan mencontoh
kebiasaan ibu.
Memasuki usia sekolah, resiko anak mengalami karies
makin tinggi. Banyaknya jajanan di sekolah, dengan jenis makanan dan
minuman yang manis, mengancam kesehatan gigi anak. Ibu perlu mengawasi
pola jajan anak di sekolah. Jika memungkinkan, anak tidak dibiasakan
untuk jajan di sekolah sama sekali. Bekal makanan dari rumah jauh lebih
baik, karena tak bisa disangkal bahwa sebagian besar jajanan anak di
sekolah rentan terhadap masalah kebersihan dan kandungan gizinya juga
perlu dipertanyakan. Kalaupun anak ngotot untuk jajan di sekolah, lebih
baik diarahkan untuk tidak memilih makanan yang manis dan sticky. Makanan manis dengan konsistensi lengket jauh lebih berbahaya, karena lebih sulit dibersihkan dari permukaan gigi.
Baby Bottle Caries
Banyak
ibu yang mengeluh, gigi depan rahang atas anaknya berwarna kecoklatan,
mahkota giginya rusak, bahkan terkadang hanya tinggal sedikit saja
mahkota yang tersisa. Namun kebanyakan para ibu tersebut tidak
menyadari apa penyebabnya. Yang sesungguhnya terjadi adalah gigi
tersebut mengalami karies, dan kejadian ini sering disebut sebagai karies botol, early childhood caries, atau baby bottle caries.
Pola karies gigi ini erat kaitannya dengan pemberian susu atau cairan
manis lain dengan menggunakan botol secara berkepanjangan. Terlebih
lagi bila anak terbiasa atau dibiasakan meminum susu botol sebelum
tidur, dan tak jarang botol susu masih ada dalam mulut anak saat ia
jatuh tertidur.
Karies gigi sulung yang disebabkan pemberian susu
atau minuman manis lain menggunakan botol susu secara berkepanjangan
memiliki ciri yang khas. Gigi yang terlibat biasanya adalah gigi depan
rahang atas, dan biasanya keempat gigi depan rahang bawah bebas karies.
Gbr. Baby bottle caries
Faktor perilaku orang tua menjadi faktor pendukung
terjadinya masalah ini, terutama karena kurangnya pengetahuan orang tua
mengenai kesehatan gigi yang benar. Persentase kejadian ini cukup
tinggi, dari suatu penelitian dilaporkan 3-6% anak di bawah usia 4 tahun
mengalami karies botol.
Dari beberapa penelitian terungkap bahwa isi dari
botol susu lebih bermakna dalam meningkatkan resiko terjadinya karies
botol, daripada durasi atau lamanya penggunaan botol susu tersebut.
Misalnya sirup, susu formula yang ditambahkan gula, atau air madu yang
diminum dengan botol susu, berpotensi tinggi untuk menyebabkan
terjadinya karies botol terutama bila diminum menjelang tidur. Aliran
air liur menurun saat sedang tidur, padahal air liur ini memiliki efek self-cleansing
yaitu membilas sisa makanan atau minuman keluar dari rongga mulut saat
gerakan menelan. Bila cairan atau minuman manis tersebut diminum
hingga anak tertidur, maka cairan tersebut masih menggenangi permukaan
gigi sepanjang malam. Laktosa yang terkandung dalam susu dapat
merangsang pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans, yaitu bakteri yang sangat penting sebagai penyebab karies.
-
Bantu dan ajari anak saat sedang menyikat gigi. Bila ibu bersama-sama anak melakukan pembersihan gigi, anak akan lebih termotivasi dan meniru contoh dari ibunya. Selain itu ibu juga dapat memperhatikan apakah cara sikat gigi anak sudah benar. Jangan biarkan anak sendirian atau hanya ditemani oleh pengasuhnya.
-
Pasta gigi dengan aneka rasa dan warna memang menarik bagi anak, dan formulanya sudah dirancang sedemikian rupa agar aman bila tertelan. Namun pasta gigi -yang mengandung fluor yang baik untuk gigi- sebaiknya diberikan setelah anak berusia 3 tahun di mana ia sudah mampu berkumur.
-
Awasi jenis jajanan anak. Permen dan coklat atau makanan manis lain tetap dapat diberikan, namun perlu ditekankan tentang pentingnya menyikat dan membersihkan gigi sebelum tidur.
-
Luangkan waktu untuk melihat dan memeriksa gigi anak. Bila hal ini sering dilakukan, anak tidak akan terlalu merasa asing saat harus dibawa ke dokter gigi. Bila ada kelainan dalam rongga mulut anak dapat ditemukan sedini mungkin.
PERHATIAN:
Periksakan anak ke dokter gigi secara teratur. Banyak di antara para ibu yang tidak menganggap perlu untuk menambal gigi susu anaknya yang berlubang. Karena toh nanti akan tergantikan oleh gigi tetapnya. Namun gigi susu yang dibiarkan berlubang dapat menimbulkan beberapa masalah.
Periksakan anak ke dokter gigi secara teratur. Banyak di antara para ibu yang tidak menganggap perlu untuk menambal gigi susu anaknya yang berlubang. Karena toh nanti akan tergantikan oleh gigi tetapnya. Namun gigi susu yang dibiarkan berlubang dapat menimbulkan beberapa masalah.
-
Gigi susu yang berlubang (seperti halnya pada orang dewasa) dapat menimbulkan rasa tidak nyaman atau sakit. Akibatnya anak dapat menjadi rewel dan sulit makan.
-
Dapat menyebabkan gangguan fungsi pengunyahan, karena gigi yang berlubang tidak nyaman untuk dipakai mengunyah. Akibatnya makan tidak dikunyah dengan sempurna, dan dapat mempengaruhi nutrisi bagi anak.
-
Gigi susu yang berlubang dapat menyebabkan gigi tersebut goyang dan tanggal prematur atau terpaksa dicabut sebelum waktunya. Idealnya pada kondisi ini dibuatkan space maintainer. Gigi susu berfungsi sebagai panduan bagi pertumbuhan gigi tetapnya. Bila gigi tanggal prematur, pertumbuhan gigi tetap menjadi tidak teratur.
Susunan gigi yang tidak teratur dapat mengarah
kepada gangguan fungsi bicara (terutama gigi depan yang tidak teratur),
profil wajah tidak harmonis, gangguan pada pengunyahan, dan dapat
menurunkan rasa percaya diri anak.