Asal Mula Rasa Karbonasi Pada Minuman Soda

Tahukah Anda bagaimana awalnya minuman dengan rasa karbonasi itu diciptakan? Diawali dengan ahli kimia Joseph Priestley yang memiliki ide untuk memberikan tambahan energi agar tetap sehat bagi para angkatan laut yang sedang berlayar. Joseph mencampurkan air dengan karbondioksida untuk menciptakan cairan effervescent yang menyerupai air mineral yang dikonsumsi di Spa Kesehatan di daerah Eropa. Selang beberapa dekade ke depan, cairan karbonasi ala Priestley ini menjadi populer dan dinikmati karena rasanya yang nikmat dan digunakan sebagai bahan dasar pembuatan soda, anggur, dan berbagai variasi minuman berkarbonasi lainnya.

Penjelasan ilmiah mengenai bagaimana seseorang menikmati rasa gelembung karbonasi mulai dibahas di berbagai jurnal. Peneliti dari the National Institute of Dental and Craniofacial Research (NIDCR), bagian dari the National Institutes of Health, dan rekan sejawat dari the Howard Hughes Medical Institute di Universitas California, San Diego (UCSD) melaporkan bahwa mereka telah menemukan jawaban ini pada tikus yang memiliki indera perasa menyerupai manusia.

Mereka menemukan bahwa perasa karbonasi ini diinisiasi oleh enzim dari permukaan ‘sel perasa asam’ di dalam kuncup perasa (taste bud). Enzimnya, yang disebut dengan karbonik anhidrase 4, berinteraksi dengan karbondioksida di dalam soda, mengaktivasi ‘sel perasa asam’ di kuncup perasa, dan menginstruksikan untuk  mengirimkan sinyal ke otak dimana sinyal tersebut akan diolah, dan rasa karbonasi tersebut akan dikenali sebagai perasa yang sudah dikenali (familiar).

‘Tentunya hal ini menimbulkan pertanyaan mengapa karbonasi tidak menimbulkan rasa asam?’ kata Nicholas Ryba, Ph.D., penulis senior penelitian ini dan salah satu peneliti NIDCR. ‘Kita tahu bahwa karbondioksida menstimulasi sistim somatosensori di dalam mulut. Karena itu, apa yang kita dapatkan dari rangsangan karbonasi ini akan direfleksikan sebagai kombinasi dari informasi somatosensori .’

Sistim somatosensori mengirimkan informasi sensorik dari reseptor protein ke serabut saraf dan menuju ke otak dimana sensasi tersebut diolah. Informasi sensorik ini mencakup indera perasa, sentuhan, rasa nyeri, dan temperatur. Ketika seseorang meminum soft drinks, mereka mendeteksi adanya gelembung yang meledak-ledak di lidah mereka. Namun apabila meminum minuman berkarbonasi di dalam ruangan bertekanan tertentu yang mencegah gelembung tersebut untuk meledak-ledak, ternyata rasanya masih tetap sama. Apa yang seseorang rasakan ketika mereka mendeteksi rasa pecahan gelembung di lidah mereka merupakan kombinasi dan aktivasi dari reseptor rasa dan sel somatosensori. Hal itulah yang membuat rasa karbonasi menjadi sensasi yang unik.

Hal ini juga diteliti oleh Jayaram Chandrashekar, Ph.D., penulis utama dari penelitian ini dan peneliti di UCSD. Bekerjasama dengan David Yarmolinsky dan Lars von Buchholtz, Ph.D., beliau menemukan bahwa enzim yang disebut dengan karbonik anhidrase 4  diekspresikan di permukaan ‘sel perasa asam.’ Peneliti menemukan apabila mereka mengeliminasi CA IV dari ‘sel perasa asam’ atau menghambat aktivitas enzim tersebut, maka secara otomatis akan mengurangi indera perasa tikus akan rasa karbondioksida.













.