Dr Jonathan Schott beserta koleganya di The Institute of Neurology, University College of London,
percaya bahwa mereka sekarang dapat mendeteksi bentuk paling umum dari
demensia - penyakit Alzheimer - pada tahap awal, bertahun-tahun sebelum
gejala itu muncul. Dengan melakukan sebuah tes fungsi lumbar (lumbar
puncture) yang dikombinasikan dengan scan otak, pasien dapat mengetahui
bahwa ia mempunyai tanda-tanda awal akan terkena demensia atau tidak,
bertahun-tahun lamanya sebelum gejala itu muncul. Tes lumbar puncture ini dilakukan oleh dokter menggunakan jarum untuk mengeluarkan cairan cerebrospinal (Cerebrospinal Fluid/ CSF).
Mereka memeriksa dua hal, tentang adanya
penyusutan otak dan tingkat protein amiloid yang lebih rendah dari
tingkat normalnya dalam CSF yang menggenangi otak dan sumsum tulang
belakang. Para ahli telah mengetahui bahwa dalam penyakit Alzheimer,
volume otak menjadi kurang, dan membangun amiloid - yang tidak normal -
di otak, sehingga mengakibatkan amiloid dalam CSF menjadi berkurang.
Untuk
mengonfirmasi penemuannya, mereka merekrut 105 relawan yang sehat agar
menjalani tes lumbar puncture untuk memeriksa level amiloid dalam CSF
mereka, dan juga Magnetic Resonance Imaging (MRI) brain scans
untuk menghitung penyusutan yang terjadi pada otak. Hasilnya,
diterbitkan dalam Annals of Neurology, mengungkapkan bahwa otak
orang-orang normal dengan tingkat CSF rendah amiloid (38% dari
kelompok), menyusut dua kali sama cepatnya dengan kelompok lain. Mereka
juga lima kali lebih mungkin untuk memiliki risiko gen APOE4 dan
memiliki tingkat protein Tau yang lebih tinggi. Pada orang dengan
Alzheimer, benang protein Tau mengalami perubahan yang menyebabkan
mereka menjadi tidak waras.
Walaupun terlalu dini untuk mengetahui
apakah Alzheimer akan terus berkembang di salah satu relawan, tetapi
para peneliti percaya bahwa kecurigaan mereka akan dikonfirmasi di masa
depan. Hal ini akan memungkinkan para dokter untuk menguji obat yang
mungkin akan bermanfaat dalam menunda atau mencegah demensia.