Thomas Kieber-Emmons, direktur dari penelitian kanker payudara dasar di UAMS Winthrop P. Rockefeller Cancer Institutes,
mengatakan bahwa vaksin tersebut sudah lama dikembangkan sejak satu
dekade terakhir. Beliau mengatakan bahwa kuncinya adalah mengerti
tentang bagaimana molekul dapat bekerja sama untuk melawan penyakit.
Sel kanker payudara dikelilingi oleh molekul yang
disebut dengan antigen. Antigen ini mampu memicu produksi dari antibodi
yang dapat melawan sel kanker tersebut. Namun antigen karbohidrat dari
sel kanker tidak cukup kuat untuk merangsang respon kekebalan tubuh.
Kieber-Emmons dan timnya mencoba membuat alternatif
dengan mengembangkan antigen yang menyerupai karbohidrat. Peptida
adalah adalah komponen yang mengandung 2 atau lebih asam amino. Peptida
pada vaksin merangsang tubuh untuk mengeluarkan antibodi yang ditujukan
untuk baik peptida maupun karbohidrat yang mereka kembangkan dalam sel
kanker payudara.
Percobaan ini terdiri atas beberapa fase. Fase
pertama akan berlangsung selama 4-6 bulan dan melibatkan wanita dengan
kanker payudara yang sangat aktif menyebar, serta wanta dengan kanker
payudara yang kembali timbul setelah remisi. Para wanita ini akan
menerima 5 dosis vaksin.
Fase kedua akan berlangsung sekitar 1 tahun dan
melibatkan wanita yang pernah memiliki kanker payudara namun sedang
dalam kondisi remisi serta memiliki risiko tinggi untuk kembali kambuh.
Wanita tersebut setidaknya harus menghentikan kemoterapi selama 6
bulan. Jumlah subjek penelitian ini belum dapat ditentukan.
Kanker payudara adalah salah satu penyebab kematian
terbesar pada wanita Hispanik serta pembunuh nomor 2 wanita kulit
putih, kulit hitam, Asia, dan Amerika India. Pada tahun 2004, 40.954
wanita meninggal karena kanker payudara, berdasarkan data terbaru the Centers for Disease Controls.