Meski penyebab yang pasti dari kelainan ini masih
belum dipastikan, selama ini faktor genetik, kurangnya suplai darah
(iskemik vaskuler) , kelainan autoimun, dan peradangan yang disebabkan
virus sering dikaitkan sebagai pemicu timbulnya Bell’s palsy. Oleh
sebab itu perawatan pasien Bell’s palsy umumnya meliputi pemberian
terapi kortikosteroid serta terapi kombinasi yaitu dengan melibatkan
pemberian obat-obatan antivirus.
Namun, suatu studi meta-analisis yang dilakukan oleh peneliti dari Aristotle University of Thessaloniki
Yunani menyebutkan bahwa menambahkan antivirus untuk perawatan Bell’s
palsy tidak terlalu berpengaruh pada pemulihan fungsi pergerakan wajah.
Kecepatan waktu pemulihan fungsi motorik wajah setelah terapi 3 bulan
antara kelompok yang diberi kortikosteroid dengan kelompok yang diberi
terapi kombinasi kortikosteroid-antivirus ternyata tidak terlalu
berbeda. Studi tersebut menyimpulkan, pasien cukup diberi obat
kortikosteroid saja.