Cara Menyembuhkan Penyakit Kudis Gatal-gatal Kulit Anak

Aduh, Bu, si bungsu, nih, kulitnya gatal-gatal terus. Mula-mula hanya merah, tapi sekarang bernanah. Saya khawatir ia terkena kudisan," cerita Ibu Nanda pada kerabatnya. Menyebut kudisan, kita langsung berpikir penyakit tersebut hanya milik orang-orang yang berada di lingkungan tidak bersih. Padahal, tak selalu demikian. Karena penyakit kudisan bisa juga dijumpai pada orang-orang yang tinggal di lingkungan yang relatif bersih. Hal ini karena penularan bisa lewat kontak dengan si penderita. Misal, awalnya si A yang hidup di lingkungan kurang bersih sebagai pembawa penyakit, lantas kontak dengan B yang sebetulnya tinggal di lingkungan cukup bersih. Nah, bukan mustahil bila kemudian B pun terkena kudisan.

Kudisan pun tidak pandang bulu. Dia bisa menyerang golongan usia berapa saja, dari bayi sampai kakek nenek. Tapi kerap terjadi orang tua rancu antara terkena eksim atau gatal biasa lainnya. "Untuk membedakannya, kudisan selalu ditandai dengan munculnya gatal-gatal terutama pada daerah-daerah lipatan kulit, dari sela jari, siku, alat kelamin, lipat ketiak, dan bokong," terang Dr. Ari Muhandari Ardhie, SpKK , dari RSAB Harapan Kita. Gatalnya, lanjut Ari, lebih sering terutama terjadi malam hari dan biasanya anggota keluarga lain juga mengalami keluhan sama.

"Dokter akan mengetahui kudisan dengan adanya gambaran 'terowongan' di kulit," jelasnya kemudian. Nah, bila ini terjadi pada bayi atau anak balita, mereka akan cenderung lebih rewel di malam hari. Hal ini karena suhu badan relatif hangat pada malam hari, maka tungau penyebab kudisan lebih suka beraktivitas 'menggali terowongannya' pada saat itu. Sedangkan bila akibat jamur, biasanya gatal terjadi saat anak berkeringat. Jadi lebih tahu bedanya, kan, Bu-Pak?

DUA JENIS KUDISAN
Yang jelas, Bu-Pak, penyakit kulit memang banyak macamnya. Ada penyakit kulit karena infeksi dan infestasi, alergi imunologi yang berkaitan dengan kekebalan tubuh, dan penyakit kulit pertanda adanya penyakit tumor atau kanker. "Nah, kudisan merupakan bagian kecil dari penyakit karena infeksi dan infestasi serta termasuk dalam Epizoonosis," terang Ari.

Perlu diketahui, infestasi berbeda dari infeksi; pada infestasi, agen penyebab hanya berada di kulit tidak 'masuk' lebih dalam. Sedangkan infeksi, penyebabnya masuk ke bagian kulit dalam. Epizoonosis merupakan penyakit-penyakit kulit yang disebabkan parasit binatang, seperti hama atau binatang-binatang kecil (kepik-kepikan), fleas  (kutu), tawon-tawonan, dephtera (nyamuk-nyamukan), mites  seperti tungau, debu rumah.
"Nah, penyebab kudisan adalah tungau, serupa kutu halus yang 'menggali terowongan' di bawah kulit," jelasnya. Bahayanya, bila tidak segera ditangani dengan baik, bisa terjadi infeksi akibat garukan yang bisa mengakibatkan luka-luka yang meradang dan bernanah, yang dapat disertai dengan meningginya suhu tubuh.

Kudisan dalam istilah kedokteran dikenal dengan Scabies (skabies) terdiri dari dua jenis; Sarcoptes scabei (kudisan biasa) dan Norwegian Scabies (kudisan parah). Kendati jarang terjadi, Norwegian Scabies tergolong tipe kudisan yang sangat parah gejalanya. "Biasanya terjadi pada anak atau orang yang daya tahan tubuhnya jelek.

Daya tahan tubuh yang buruk akan memudahkan tungau masuk ke seluruh bagian tubuh dalam jumlah banyak." Dengan demikian penularannya akan semakin mudah, biasanya disertai dengan rasa gatal yang hebat dan si penderita merasa sangat gelisah. "Saking mudahnya menular, semua orang yang berdekatan dengan penderita harus ikut diobati," tambah Ari. Pada prinsipnya semua penyakit yang termasuk Epizoonesis lebih banyak timbul di iklim tropis.

Karena lebih suka di daerah tropis maka si tungau senang berada di tempat-tempat hangat dan tersembunyi di seluruh bagian tubuh, seperti daerah-daerah lipatan di sekujur tubuh. Ditambah lagi sanitasi yang kurang baik, hygiene perseorangan jelek, pemukiman yang padat dan kumuh, berkaitan erat dengan percepatan penularan kudisan.

Dan jenis kudisan yang sering ditemui adalah Sarcoptes scabei. Pada bayi dan anak, penularan kudisan bisa lebih cepat lagi. "Karena biasanya mereka, kan, belum bisa memilih kontak dengan siapa saja." Jadi, orang tua jangan merasa aman dulu karena seisi rumah tidak ada yang mengidap penyakit kulit jenis ini. Bisa saja kudisan datang dari luar lingkungan rumah. Misal, tatkala anak digendong pengasuh berjalan-jalan di sekitar perumahan, dan ada kontak dengan pengasuh bayi lain yang mungkin mengidap kudisan. Nah, satu anak yang terkena ini kemudian akan menulari anggota keluarga yang lain.

PENGOBATAN
Untunglah, Bu-Pak, pemulihan kondisi penderita yang dilakukan untuk menangani kudisan sekarang ini lebih maju dan relatif lebih aman dibanding sebelumnya. "Apalagi bila pasien lebih dini diperiksakan ke dokter, hasil pengobatannya akan bagus. Tindak lanjutnya, dokter akan memberi obat untuk mengolesi seluruh tubuh pasien cukup satu kali saja, sampai si penderita kudisan melakukan kontrol lagi ke dokter pada minggu berikutnya."

Dulu, obat biasanya dipakai selama tiga hari berturut-turut karena hanya mengobati penyebabnya pada satu stadium siklus hidupnya saja. "Karena pengobatan bergantung pada siklus hidup parasit, dari telur, larva sampai menjadi tungau." Obat-obatan yang ada saat ini bisa efektif dipakai untuk semua stadium, langsung mengenai telur, larva atau tungau. Kecuali itu, aman dipakai pasien segala umur.

"Bila disertai luka bernanah dan suhu badan meninggi, akan dibarengi dengan obat antibiotik dan anti demam." Kendati sudah sembuh, rasa gatal seringkali menetap lama jauh setelah penyakitnya diobati. Gatal jenis ini disebut gatal pasca skabies. "Umumnya tubuh akan bereaksi terhadap penyebab penyakit. Reaksinya bisa berupa bintil-bintil (nodul-nodul) yang timbul pada satu bagian tubuh, misal, di penis.

Nah, bintil-bintil merupakan respon tubuh penderita terhadap skabies. "Bintil-bintil akan menetap walau penyakitnya sendiri sudah sembuh. Tapi, jangan khawatir karena bintil-bintil ini tidak menular." Tapi, Bu-Pak, langkah paling tepat bukanlah cuma mengobati si penderita. Anggota keluarga lain pun harus diobati. Alasannya, penyakit ini sangat mudah menular. Jadi, seluruh anggota keluarga yang kontak dengannya harus diobati pula pada waktu bersamaan.

Begini, Bu, misalnya, anak sudah sembuh setelah diobati, sedangkan anggota keluarga lain yang tidak diobati masih dekat-dekat dengan anak. Nah, anak itu bisa kena kudisan lagi. Seperti sudah disebutkan, kudisan sangat mudah menular. Penularan bukan cuma terjadi dengan kontak langsung melalui sentuhan kulit yang terinfeksi. Bisa juga melalui media lain, seperti sprei, bantal, selimut, handuk, pakaian. Bahkan, kain gorden pun bisa jadi perantara. Jadi, bila ada anggota rumah yang terkena kudisan, sebaiknya para ibu segera mencuci barang-barang tersebut. Sebelumnya, rebus/siram dulu dengan air panas, lalu dicuci seperti biasa.

JANGAN DIGARUK
ini, kita sudah tahu, ya, Bu-Pak, tungau penyebab kudisan tumbuh subur di daerah tropis dan lembab. Mau tidak mau kita harus selalu hidup bersih. Ibu dan Bapak dibantu anggota keluarga lain tetap selalu menjaga sanitasi lingkungan dengan baik dan personal hygiene -nya harus diperbaiki.
Kecuali itu, kudisan menimbulkan gatal luar biasa pada kulit. Sebaiknya agar tidak berlanjut menjadi lebih parah tidak digaruk. Tapi, anak-anak cenderung akan melakukan hal ini. Nah, Ibu-Bapak bisa mengurangi gatal yang dirasakan anak dengan memberikan obat pengurang gatal, seperti mandi belerang, menaburkan bedak, atau salep.

"Tapi, itu saja belum cukup. Memang mandi belerang, misalnya, bisa mengurangi gatal, tapi Sarcoptes scabei -nya enggak bisa hilang. Tindakan itu hanya mengurangi gatal, enggak menghilangkan penyakitnya." Jadi, kecuali melakukan pengobatan sendiri di rumah, anak tetap harus dibawa ke dokter agar penyebabnya diobati/dihilangkan. Selanjutnya bawa segera anak ke dokter agar kudisan tidak berlanjut menjadi parah.

TEKNIK PENGOBATAN
 Untuk mempercepat penyembuhan orang tua harus melakukan langkah-langkah pengobatan sendiri di rumah, seperti yang dianjurkan dr. Ari  untuk kita semua.
  • Mandi yang bersih Mandilah sambil digosok pakai sabun lebih kuat terutama di sela-sela lipatan tubuh. Tujuannya, agar lemak kulit kita terbuka, sehingga waktu obat yang dioles pada seluruh tubuh, bisa diserap dengan efektif oleh kulit. 
  • Berobat seluruh anggota keluarga Tak cuma yang terkena penyakit kudisan saja yang diobati, anggota keluarga lain pun perlu memperoleh pengobatan. Tak heran, kan, bila dokter memberi obat dalam jumlah lebih banyak. 
  • Biarkan obat meresap Setelah obat dioles ke seluruh tubuh, kemudian didiamkan selama 12 sampai 24 jam. Untuk bayi, cukup di bawah 12 jam. Usai itu, mandi lagi. 
  • Jangan digaruk Jangan biarkan anak menggaruk luka kendati terasa gatal. Karena dengan digaruk hanya akan memperparah sakit. Bila sampai timbul nanah, dokter akan memberi obat tambahan. 
  • Cucilah dengan bersih Sebelum dicuci rebuslah dalam air semua baju, sprei, atau apa saja yang sudah dipakai penderita kudisan. 
  • Ciptakan lingkungan yang sehat Personal hygiene harus bagus dan sanitasi lingkungan harus bersih. 
  • Jangan sok tahu Jangan bertindak seperti dokter bagi si anak; mengobati sana-sini tanpa referensi yang jelas. Tindakan yang benar, konsultasi secara rutin dan teratur.ha Ariadina.













.