Para peneliti memonitor pemasukan makanan dari 9,541 orang berumur 45 sampai 64 tahun menggunakan kuisioner makanan dan setelah sembilan tahun hampir 40 persen mendapat sindrom metabolik. Orang yang mengkonsumsi dua atau lebih daging merah sehari dengan soda rendah kalori mempunyai risiko tinggi mendapat sindrom metabolik. Untuk peminum soda rendah kalori risiko mereka lebih meningkat 30 persen dari yang tidak mengkonsumsi soda rendah kalori.
Secara umum orang minum satu atau lebih minuman bersoda dalam sehari mempunyai risiko menjadi obese sebanyak 31 persen. Meningkatkan risiko peningkatan lingkar perut sebanyak 30 persen- merupakan salah satu faktor risiko penyakit jantung. Mereka juga mempunyai risiko peningkatan kadar trigeliseda dan gula darah sebanyak 25 persen dan penurunan kolesterol yang baik (high-density lipoprotein (HDL)) sebanyak 32 persen.
Beda minuman soda biasa dengan soda rendah kalori terdapat pada pemanisnya. Sebagian besar minuman soda diet (rendah kalori) mengandung gula rendah kalori, salah satunya adalah aspartame. Banyak efek yang tidak bagus terhadap kesehatan yang ditimbulkan oleh aspartame. Penelitian lain juga membuktikan bahwa gula rendah kalori yang terdapat pada soda tidak berpengaruh pada penurunan berat badan, namun dapat meningkatkan berat badan. Hal ini masih dalam perdebatan, sebab orang yang mempunyai kebiasaan minum soda, baik yang biasa maupun rendah kalori memiliki pola makan dan gaya hidup yang mirip.