“Diet tinggi garam berperan penting di dalam resistensi pengobatan hipertensi dan peningkatan volume serta resistensi vaskular dapat mengarah ke resistensi hipertensi,” kata Ketua Penelitian, dr. Eduardo Pimenta. Penelitian dilakukan dengan melibatkan 13 pasien hipertensi resisten yang terbagi atas 2 kelompok yaitu dengan diet rendah garam serta diet tinggi garam. Para pasien ini minimal mengkonsumsi 3 obat penurun tekanan darah. Para peneliti mengemukakan bahwa kelompok dengan diet rendah garam, tekanan darah sistolik mereka turun sampai 22,6 mmHg, dan tekanan darah sistolik mereka turun sebanyak 9,2 mmHg, dibandingkan dengan kelompok diet tinggi garam. Sebagai tambahan, berat badan, termasuk di dalamnya kadar brain natriuretic peptide dan isi cairan rongga dada, 2 pengukuran yang digunakan untuk mengindikasikan pengurangan cairan, juga secara signifikan meningkat pada kelompok diet rendah garam.
Dr. Gregg C. Fonarow, profesor Kardiologi di Universitas Carolina, Los Angeles, setuju bahwa garam dapat berperan di dalam resistensi hipertensi. Penelitian ini sangat menarik karena menunjukkan bahwa pasien hipertensi resisten, dengan diet rendah garam memiliki pengaruh besar di dalam menurunkan tekanan darahnya dengan cara mengurangi retensi atau penumpukan cairan di intravaskuler dan memperbaiki fungsi vaskularisasi (pembuluh darah). Penelitian dalam skala lebih besar menunjukkan bahwa tekanan darah dapat lebih efektif untuk diturunkan dengan mengikuti Dietary Approaches to Stop Hypertension (DASH), suatu metode perencanaan makan dengan mengurangi garam. Konsumsi tinggi garam, lebih dari 2300 mg/hari sebaiknya dihindari pada pasien dengan hipertensi resisten.