Kanker leher rahim merupakan jenis penyakit kanker paling banyak kedua di dunia yang diderita wanita di atas usia 15 tahun. Sekitar 500.000 wanita di seluruh dunia didiagnosa
menderita kanker leher rahim dan rata-rata 270.000 meninggal tiap
tahunnya. Untuk Indonesia, kanker leher rahim atau yang juga disebut
kanker serviks merupakan jenis kanker paling banyak yang terjadi pada
perempuan.
Tanpa memandang usia dan latar belakang, setiap
perempuan beresiko terkena penyakit yang disebabkan virus Human
Papilloma (HPV) ini. Bahkan kanker ini sering menjangkiti dan membunuh
wanita usia produktif (30 sampai 50 tahun. Melihat tingginya faktor
risiko penderita penyakit ini, sudah seharusnya kaum perempuan melakukan
atau deteksi dini.
Deteksi penyakit ini (kanker leher rahim) dapat
dilakukan dengan sederhana. Untuk kanker leher rahim dideteksi dengan
metode Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA) yang sangat sederhana,
murah, nyaman, praktis, dan mudah. Metode IVA dirancang untuk masyarakat
yang jauh dari fasilitas kesehatan. Sedangkan untuk masyarakat kota,
tersedia metode deteksi dini dengan cara Pap Smear.
Sederhana, yaitu dengan hanya mengoleskan asam cuka
pada leher rahim lalu mengamati perubahannya, lesi prakanker dapat
dideteksi bila terlihat bercak putih. Murah, karena biaya yang
diperlukan hanya Rp.5000,-/pasien. Nyaman, karena prosedurnya tidak
rumit, tidak memerlukan persiapan, dan tidak menyakitkan. Praktis,
artinya dapat dilakukan dimana saja, tidak memerlukan sarana khusus,
cukup tempat tidur sederhana yang representatif, spekulum dan lampu.
Mudah, karena dapat dilakukan oleh bidan dan perawat yang terlatih.
Kanker leher rahim merupakan salah satu masalah utama
kesehatan perempuan di dunia, terutama di negara berkembang seperti
Indonesia, dan salah satu alasan semakin berkembangnya kanker tersebut
disebabkan oleh rendahnya cakupan deteksi dini atau screening.
Berdasarkan estimasi tahun 1985 (PATH 2000) hanya 5% perempuan di negara
sedang berkembang yang mendapatkan pelayanan deteksi dini dibandingkan
dengan 40% perempuan di negara maju.
Saat ini, bekerjasama dengan Fakultas Kedokteran
Indonesia dan Leiden University Medical Centre, The Netherland, Yayasan
Kanker Indonesia Jakarta DKI Jakarta mencanangkan program deteksi dini
kanker rahim dengan medote IVA.