Metode Bedah Estetis Lebih Disukai Ketimbang Operasi Plastik

Mempercantik dan memperindah diri kita memang merupakan suatu kebutuhan seiring perkembangan gaya hidup masyarakat kita sekarang. Berbagai upaya dilakukan untuk dapat memperoleh hasil sesuai yang diinginkan. Mulai dari sekedar memakai kosmetik untuk mempercantik diri hingga operasi bedah plastik. Padahal kadang kita melupakan resiko yang akan kita hadapi apabila obat-obatan, kosmetik atau bahkan tindakan operasi itu tidak sepenuhnya cocok dan aman untuk kita.

Melakukan operasi atau perbaikan pada tahun-tahun lalu hanya terbatas pada bedah rekonstruksi yang tujuannya memperbaiki (rekonstruksi) bagian tubuh yang cacat sehingga mendekati normal. Baik cacat bawaan, akibat trauma atau kecelakaan maupun akibat ablasi (pengangkatan) tumor. Bisa juga dilakukan pada kasus lahir cacat semisal bibir sumbing, sumbing langit-langit, dan kelainan lubang saluran kencing pada anak laki-laki (saluran kencing tidak berada di depan, tetapi di bawah).

Tapi kini seiring perkembangan teknologi dan banyaknya permintaan maka bedah estetis lebih banyak disukai oleh masyarakat kita. Bedah plastik sebenarnya adalah perbaikan (Latin = plastique, plasticos, atau pigsty). Sementara bedah estetis bertujuan memperindah atau mempercantik wajah atau tubuh yang sudah relatif normal.

Secara umum bedah plastik estetis dibedakan dalam dua kategori:

1. Bedah untuk prows penuaan
Tindakan prows penuaan atau aging biasanya berupa perbaikan struktur otot atau kulit yang mengalami degenerasi (rejuvenasi-peremajaan) atau kehilangan elastisitas, misalnya pengencangan muka (face lift) dan perbaikan kelopak mata. Tindakannya bisa operatif atau nonoperatif (botoks, peeling, atau suntik implan).

2. Bedah perbaikan bentuk tubuh yang kurang harmonis
Bedah yang bertujuan untuk memberi bentuk atau memperbaiki bentuk anatomi bagian tubuh agar lebih harmoni antara lain operasi pembuatan lipatan kelopak mata alas (blefaroplasti) dan memancungkan hidung pesek (rinoplasti). Tindakan lainnya adalah  bedah dagu (mentoplasti), rahang (reduksi malar), dan payudara (dikencangkan, dikecilkan maupun dibesarkan).

Perlu diingat bahwa sekecil apa pun tindakan pembedahannya akan meninggalkan parut, setinggi apa pun teknologi yang digunakan saat ini. Apalagi jika tidak  didasari  oleh teknik penjaitan dan pengetahuan dasar mengenai proses penyembuhan luka, pemanfaatan jaringan atau bagian tubuh tertentu untuk mengatasi masalah kekurangan aringan, dan pemanfaatan bahan atau materi asing (implan).













.