Gairah Seksualitas Berkurang Akibat Otak Tidak Sehat

Otak yang tidak sehat dapat mengganggu sel hormon sehingga mengurangi libido dan nafsu seksual seseorang. Kesehatan otak adalah yang paling utama, selain dari kesehatan jiwa dan fisik yang juga harus terjaga. Stres, rasa cemas, trauma, dan kurangnya asupan gizi pada otak merupakan salah satu pemicu kondisi di mana kemudian otak mengirimkan signal pada tubuh manusia sehingga merasa enggan atau menolak kegiatan seksual.

“Organ seksual pada tubuh itu sebenarnya yang paling penting bukan alat genital, tetapi otak. Karena itu otak harus dijaga kesehatannya,” ujar Androloh Rumah Sakit Pertamina Pusat Anita Gunawan dalam Seminar Kesehatan bertema, “Libido dan Smart Sex” di Jakarta, Minggu.

Upaya selalu berpikir positif, asupan gizi yang cukup dan berolahraga adalah cara untuk menjaga kesehatan otak. Selain itu, kejiwaan seseorang jug amerupakan elemen yang penting di dalam rantai kegiatan seksual seseorang. Beban kesibukan pekerjaan, kemacetan, ekonomi, serta komunikasi yang buruk antara pasangan suami-istri (pasutri) adalah beberapa penyebab sakitnya psikis atau mental. Pada kondisi ini, otak menjadi tidak sehat dan mempengaruhi seluruh organ tubuh, khususnya organ reproduksi.

Jika terjadi permasalah pada kondisi kejiwaan seseorang, baik stree mental maupun fisik yang tidak segera ditangani, maka dapat berakibat pada terjadinya disfungsi seksual. pada pria gangguannya berupa disfungsi ereksi, disfungsi libido, ejakulasi dini, dan impoten. Sedangkan pada wanita dapat berupa trauma,  rasa sakit ketika berhubungan seksual, bahkan sulitnya memiliki keturunan.

Komunikasi
“Untuk pasutri sesungguhnya hal sepele sekalipun harus dikomunikasikan. Komunikasi yang baik dapat menjadi obat yang mujarab lho,” kata Anita. Komunikasi yang dimaksud antara lain mengenai puas-tidaknya hubungan seksual antara pasutri tersebut, apa yang diinginkan atau tidak, atau bahkan hal-hal di luar hubungan mereka seperti kegiatan di kantor maupun kehidupan social.

Lebih lanjut ia mengatakan, jika pada pria permasalahan mengenai ukuran kemaluan kerap menjadi isu sehingga beberapa pria memutuskan untuk mencoba memperbesar ukuran kemaluan mereka, baik dengan ke dokter maupun cara alternative sesungguhnya hal tersebut tidak benar.

Alat genital pria tidak dapat diubah ukurannya setelah mereka melewati masa pubertas, yakni sekitar sebelum usia 14 tahun. Anita membenarkan bahwa obesitas pada anak menjadi factor penting. Anak laki-laki yang mengalami kelebihan berat badan umumnya memiliki lemak yang berlebih sehingga menarik alat kemaluan mereka ke dalam. Karena itu alangkah lebih baik untuk para ibu yang peduli mengenai hal ini, memperhatikan konsumsi makanan si anak.

“Namun jika ternyata upaya mengatur berat tubuh tersebut tidak berhasil, dan setelah diperiksa lebih lanjut memang memiliki masalah ukuran (mikro penis) dapat dilakukan dengan menyuntikkan hormone testosterone dosis terbatas. Sekali lagi, sebelum si anak melewati masa pubertas,” katanya.













.